Ditulis oleh ; Niniek Harija, S.S., S.Psi
“Bunda, Ara pulang!” teriak Ara setelah membuka pintu rumahnya.
“Eh, anak Bunda paling cantik sudah pulang,” sahut Bunda Ara.
Ara mengulurkan tangannya kepada bundanya. Ia bermaksud untuk memberi salam kepada bundanya.
“Ara, Bunda minta tolong belikan garam 1 bungkus dan kecap 2 botol di Toko Pak Taufik ya karena persediaan di dapur sudah habis. Ini uangnya ya Nak, jangan lupa kembaliannya nanti diserahkan ke Bunda ya!” perintah sang Bunda.
Ara pun mengingat-ingat kembali apa saja barang yang harus ia beli. Tak terasa, Ara telah sampai di depan Toko Pak Taufik yang hanya beberapa langkah dari rumahnya. “Pak Taufik,
Ara mau beli garam 1 bungkus dan kecap 2 botol buat Bunda!” pinta Ara.
“Baik Ara, harganya semua sebelas ribu. Uang Ara lima belas ribu, kembali empat ribu ya, Nak,” ucap Pak Taufik.
Ara ingin makan permen Yupi seperti yang dimakan temannya di sekolah. Akhirnya Ara memutuskan untuk membeli. Lalu, Ara menyerahkan satu lembar uang dua ribuan kepada Pak Taufik.
“Bun, ini garam dan kecap titipan Bunda. Ini uang kembalian dari Pak Taufik,” ucap Ara.
Dibukanya tas plastik yang berisi satu bungkus garam dan dua botol kecap oleh Bunda, Bunda menemukan bungkus permen Yupi.
“Nak, Bunda minta Ara jujur kepada Bunda!” sentak Bunda.
“Maaf Bunda, Ara tadi membeli dua bungkus permen Yupi seharga dua ribu rupiah karena Ara ingin sekali makan permen Yupi seperti yang dimakan Akbar di sekolah tadi,” ucap Ara.
“Ara, Bunda tidak marah Ara membeli permen itu, tetapi Bunda akan marah jika Ara tidak jujur, jangan diulangi lagi ya Nak!” nasihat Bunda kepada Ara. ***